LELAKI TUA
Seorang dokter berseragam putih bersih tampak duduk berhadapan dengan Pak Parno lelaki tua dengan baju putih berdebu. Pemandangan yang sangat timpang memang, Pak Parno yang tukang ojek harus berteman dengan debu-debu knalpot dijalan sedangkan seorang dokter dihadapannya hanya berteman dengan debu yang tidak mungkin bisa dilihat tanpa mikroskop. Karena itu putih baju mereka tidaklah sama.
Pak Parno menatap dokter dengan air mata tertahan, istrinya yang baru saja dirawat dirumah sakit divonis penyakit kanker dan harus segera dioperasi. Dengan penghasilan kecil sebagai tukang ojek yang hanya bermodal motor butut pemberian orang tidaklah cukup dikasih waktu 2-3 hari untuk menyediakan sejumlah uang untuk uang muka operasi istrinya. Pak Parno hanya bisa menangis batin karena jiwa seorang laki-lakinya masih kuat tertanam ditubuhnya yang mulai tua.
“ Saya harap bapak bisa menyediakan uang 4 juta sebagai uang muka operasi untuk istri bapak “ ucap dokter sambil menuliskan resep untuk Pak Parno
“ Kapan dok, saya harus bayar ? “
“ 2-3 hari ini, dan sekarang bapak silahkan tebus resep ini “ dokter memberikan resep yang ditulisnya
“ Terima kasih dok ! “
Pak Parno terdiam didepan ruang dokter, dia kebingungan dengan kertas yang dipegangnya. Dia membuka dompet yang sudah robek dari sakunya,disana hanya bermukim 3 lembar uang 50 ribuan.Setelah beberapa saat terdiam, kakinya melangkah menuju apotik yang tidak begitu jauh dari ruang dokter. Disana telah banyak orang mengantri menebus resep untuk mendapatkan obat penyembuh atau sekedar obat pemanjang umur.
Setelah Pak Parno memberikan resep kepada petugas, dia duduk di pojok ruangan. Ditemaram lampu yang terang sangat jelas terlihat pucat wajah Pak Parno, dengan guratan-guratan di sekitar dahinya sangat jelas terlihat beban berat yang ada dipikirannya, dengan kilatan-kilatan mata yang tergenang sangat jelas terlihat betapa inginnya dia menangis.
Didepan Pak Parno baru saja duduk seorang wanita kaya dengan handphone bermotif berlian pada bagian belakang chasingnya, mengobrol dengan wanita sejenisnya. Wanita yang sangat sempurna bentuk fisik karena ditunjang kemewahan di semua sudut wajahnya, hidungnya mirip Nicole Kidman serta bibir yang sangat mirip Angelina Jolie salah satu artis dengan bibir terseksi. Kulitnya putih bagai pualam, entah berapa banyak suntikan-suntikan kecantikan yang bersemayam di bawah kulit putihnya.
“ Kemarin habis berapa untuk operasi bibir ala Angelina Jolie “
“ Yah, duit segitu Jeng ! Kalau untuk suami betah dirumah nggak ada artinya “
“ Iya lo Jeng ! Sebaiknya kita memang begitu, merubah penampilan itu suatu kebutuhan biar suami kita betah dirumah “
“ Tau nggak Jeng ! Kemarin Yulita teman arisan saya habis gurah Vagina “
“ Gurah Vagina ? “ “ Iya biar peret katanya ! “ tawanya nakal
Mendengar obrolan yang berbau pemborosan membuat Pak Parno tertunduk, alangkah indahnya hidup mereka yang dikelilingi duit. Untuk kepentingan yang tidak penting saja mereka bisa melakukannya. Setelah beberapa lama, nama istri Pak Parno dipanggil untuk membayar resep obat yang ditebusnya.
“ Nyonya Marni “
“ Saya Pak ! “ ucap Pak Parno segera beranjak dari tempat duduknya
“ Biayanya Rp. 300.000,00 “ Pak Parno terkejut karena uangnya tidak cukup untuk membayar
“ Kenapa Pak ? “
“ Maaf Pak, uang saya tidak cukup boleh saya beli separuh saja Pak ! “ ucapnya pelan
“ Bapak gimana sih ! Seharusnya bapak tanya dulu berapa harga obatnya semua, jangan main langsung taruh “ ucap petugas marah
“ Saya lupa tanya Pak ! …” “ Kalau begitu bapak lebih baik pulang cari utangan ! Struk yang sudah tercetak tidak bisa dibatalkan
“ Pak Parno terdiam, wanita kaya yang mengobrol tadi berdiri mendekatinya.
“ Biar saya yang membayar sisanya Pak ! “ ucap wanita pemakai handphone bermotif berlian pada bagian belakang
“ Terima kasih Bu ! “
“ Uang segini bagi saya nggak ada artinya “ ucap wanita itu sombong dengan memberikan 2 lembar uang 100 ribuan Pak Parno malu karena banyak pengunjung yang memperhatikan. Pak Parno berjalan lunglai keluar dari apotik, apa karena malu tidak bisa membayar atau malu karena ditolong wanita kaya yang sombong !
Sudah hari pertama Pak Parno lalui untuk mengumpulkan biaya uang muka untuk operasi istrinya. Hutang yang diberikan para tetangganya tidaklah cukup, Pak Parno menuju mushollah kecil hanya beberapa meter dari rumahnya. Mushollah yang oleh sebagian warga ditempat kumuh tersebut dijadikan tempat mengadu akan penderitaan hidup yang dialami setiap harinya.
Pak Parno mengambil air wudhu dari sumur di samping mushollah. Air wudhu yang membasuh tangannya menguatkan pegangannya terhadap badai yang menimpa hidupnya, air wudhu yang menyentuh wajahnya menenangkan jiwanya yang mulai lemah dengan cobaan hidup, air wudhu yang menyentuh jari-jari kakinya membuatnya semakin pasrah melangkah. Pak Parno hanya berharap agar Tuhan yang setiap lima waktu sehari disembahnya bisa memberikan jawaban atas setiap doanya.
Pak Parno dengan baju yang tampak lusuh memasuki parkiran rumah sakit yang terletak di Jakarta Pusat dengan motor butut keluaran tahun 70an. Raut wajahnya melukiskan kesedihan yang sangat, dia membawa sebungkus nasi yang dibelinya dekat warung depan rumah sakit. Tak ada seorang pun yang memandang dirinya, lelaki tua itu berjalan menyusuri lorong rumah sakit dan naik lift untuk mencapai kamar isterinya yang terletak di kelas 3. Isterinya terbaring lemah dia atas dipan yang terbuat dari besi yang sudah tampak kumuh. Kamar itu berisi 6 orang pasien, masing-masing meja telah dipenuhi buah-buahan yang terlihat segar. Hanya meja Pak Parno itu saja yang hanya ada sebuah termos tua dan sepotong roti sisa kemarin, dengan disambut senyuman dan kecupan pada tangannya membuat sedikit penawar bagi hatinya yang gundah-gulana.
“ Baru datang, pak! “ ucap wanita tua itu dengan lemah
“ Iya, Bu! Tadi bapak mampir dulu ke Poncol jual TV hitam putih kita “ ucap Pak Parno itu sambil membuka nasi bungkus
“ Laku berapa Pak! “
“ Hanya 125 ribu aja Bu, katanya TV hitam putih udah nggak ada harganya “
“ ….” wanita tua itu hanya terdiam mendengar suaminya
“ Kita dapat pinjaman dari Bu Broto sebesar 1juta, sumbangan dari warga 750 ribu Bu ! “
“ Pak sebaiknya saya pulang ! Saya lebih baik menunggu ajal daripada menunggu ketidakpastian dirumah sakit “
“ Jangan khawatir Bu, pokoknya bapak akan usahakan uang operasi ibu dengan segera “
“ Bagaimana nanti untuk urusan yang lain ?” “ Untuk biaya semua rumah sakit kita bisa minta keringanan dari Rt/Rw kelurahan Bu ! “
“ …” wanita itu hanya terdiam Pak Parno membuka bungkusan nasi
“ Udah makan dulu Bu! Katanya ibu bosan dengan makanan rumah sakit makanya bapak bawain nasi pake telor dadar kesukaan ibu “ ucapnya sambil menyuapi isterinya
“ Bapak udah makan belum! Makan bareng aja Pak"
“ Iya, tapi biar ibu dulu yang kenyang “
Setelah beberapa suapan, lelaki tua itu memberikan minum kepada isterinya
“ Pak, ibu udah kenyang “
“ Tidur yah Bu ! Biar bapak nanti yang jaga ibu “ “….” Wanita itu tertidur dengan memegang tasbih ditanganya
Pak Parno meneruskan sisa makanan isterinya, dengan memandang isterinya dengan penuh harap dia menikmati nasi bungkus .
Di keheningan malam rumah sakit, sayup-sayup terdengar suara wanita membaca Al-Qur’an dengan fasih. Mata wanita tua itu tampak sembab, dengan mukenah yang terdapat banyak jahitan dia mulai menengadahkan tangannya. Tuhan tidaklah sama seperti manusia yang hanya memandang dari pakaiannya saja. Dia tau betul Tuhan hanya butuh kekhusyukan bukan kemewahan.
Ya Allah, saya bersimpuh dihadapan-Mu bantulah suami saya untuk mendapatkan rejeki yang lebih untuk biaya rumah sakit saya, dan jika saya boleh memilih biarkan hamba-Mu ini meninggal bersama penyakit ini….. Suami saya udah cukup menderita karena mendapat istri seperti saya yang tidak bisa memberikannya anak……saya hanya bisa memberikan penderitaan dengan rasa sakit ini…Ujian-Mu terlalu berat untuk orang miskin seperti kami….. Wanita tua itu meneteskan air mata Biarkan penyakit kanker ini mengakhiri hidup saya tanpa harus menyusahkan suami saya…..
Diperempatan jalan dipangkalan ojek, Motor butut Pak Parno terparkir. Kulitnya yang hitam makin terlihat terbakar dengan panasnya matahari siang itu. Sebagian tukang ojek menghilangkan rasa penat menunggu penumpang dengan bermain catur, hanya Pak Parno yang melihat sekitar berharap ada seorang penumpang. Tidak jauh dari situ, seorang lelaki yang masih terlihat muda berlari dan meneriakan nama Pak Parno
“ Mang Parno ! Mang “ Mang Parno mendekati lelaki muda itu dengan cemas
“ Ada apa To ? “
“ Tadi Pak Rt dapat telpon dari rumah sakit….. katanya istri mamang meninggal dunia “ ucap lelaki itu terbata-bata
Pak Parno meneteskan air mata, dengan mengajak Yanto tetangganya dia pergi ke rumah sakit. Panas matahari yang sedang terik-teriknya, seakan menghapus air mata yang memenuhi kelopaknya.
Dia hanya menatap jauh kedepan, entah apa yang dipikirkan. Apakah biaya penguburan istrinya atau penyesalan karena tidak bisa menyediakan uang operasi dengan segera ?. Sesampainya di rumah sakit, Pak Parno hanya bisa terdiam melihat mayat isterinya yang tersenyum. Sangat jelas keikhlasan terpancar dari tubuh yang terbaring kaku dihadapannya. *** Cerpen by Ra2maniest
“ Saya harap bapak bisa menyediakan uang 4 juta sebagai uang muka operasi untuk istri bapak “ ucap dokter sambil menuliskan resep untuk Pak Parno
“ Kapan dok, saya harus bayar ? “
“ 2-3 hari ini, dan sekarang bapak silahkan tebus resep ini “ dokter memberikan resep yang ditulisnya
“ Terima kasih dok ! “
Pak Parno terdiam didepan ruang dokter, dia kebingungan dengan kertas yang dipegangnya. Dia membuka dompet yang sudah robek dari sakunya,disana hanya bermukim 3 lembar uang 50 ribuan.Setelah beberapa saat terdiam, kakinya melangkah menuju apotik yang tidak begitu jauh dari ruang dokter. Disana telah banyak orang mengantri menebus resep untuk mendapatkan obat penyembuh atau sekedar obat pemanjang umur.
Setelah Pak Parno memberikan resep kepada petugas, dia duduk di pojok ruangan. Ditemaram lampu yang terang sangat jelas terlihat pucat wajah Pak Parno, dengan guratan-guratan di sekitar dahinya sangat jelas terlihat beban berat yang ada dipikirannya, dengan kilatan-kilatan mata yang tergenang sangat jelas terlihat betapa inginnya dia menangis.
Didepan Pak Parno baru saja duduk seorang wanita kaya dengan handphone bermotif berlian pada bagian belakang chasingnya, mengobrol dengan wanita sejenisnya. Wanita yang sangat sempurna bentuk fisik karena ditunjang kemewahan di semua sudut wajahnya, hidungnya mirip Nicole Kidman serta bibir yang sangat mirip Angelina Jolie salah satu artis dengan bibir terseksi. Kulitnya putih bagai pualam, entah berapa banyak suntikan-suntikan kecantikan yang bersemayam di bawah kulit putihnya.
“ Kemarin habis berapa untuk operasi bibir ala Angelina Jolie “
“ Yah, duit segitu Jeng ! Kalau untuk suami betah dirumah nggak ada artinya “
“ Iya lo Jeng ! Sebaiknya kita memang begitu, merubah penampilan itu suatu kebutuhan biar suami kita betah dirumah “
“ Tau nggak Jeng ! Kemarin Yulita teman arisan saya habis gurah Vagina “
“ Gurah Vagina ? “ “ Iya biar peret katanya ! “ tawanya nakal
Mendengar obrolan yang berbau pemborosan membuat Pak Parno tertunduk, alangkah indahnya hidup mereka yang dikelilingi duit. Untuk kepentingan yang tidak penting saja mereka bisa melakukannya. Setelah beberapa lama, nama istri Pak Parno dipanggil untuk membayar resep obat yang ditebusnya.
“ Nyonya Marni “
“ Saya Pak ! “ ucap Pak Parno segera beranjak dari tempat duduknya
“ Biayanya Rp. 300.000,00 “ Pak Parno terkejut karena uangnya tidak cukup untuk membayar
“ Kenapa Pak ? “
“ Maaf Pak, uang saya tidak cukup boleh saya beli separuh saja Pak ! “ ucapnya pelan
“ Bapak gimana sih ! Seharusnya bapak tanya dulu berapa harga obatnya semua, jangan main langsung taruh “ ucap petugas marah
“ Saya lupa tanya Pak ! …” “ Kalau begitu bapak lebih baik pulang cari utangan ! Struk yang sudah tercetak tidak bisa dibatalkan
“ Pak Parno terdiam, wanita kaya yang mengobrol tadi berdiri mendekatinya.
“ Biar saya yang membayar sisanya Pak ! “ ucap wanita pemakai handphone bermotif berlian pada bagian belakang
“ Terima kasih Bu ! “
“ Uang segini bagi saya nggak ada artinya “ ucap wanita itu sombong dengan memberikan 2 lembar uang 100 ribuan Pak Parno malu karena banyak pengunjung yang memperhatikan. Pak Parno berjalan lunglai keluar dari apotik, apa karena malu tidak bisa membayar atau malu karena ditolong wanita kaya yang sombong !
Sudah hari pertama Pak Parno lalui untuk mengumpulkan biaya uang muka untuk operasi istrinya. Hutang yang diberikan para tetangganya tidaklah cukup, Pak Parno menuju mushollah kecil hanya beberapa meter dari rumahnya. Mushollah yang oleh sebagian warga ditempat kumuh tersebut dijadikan tempat mengadu akan penderitaan hidup yang dialami setiap harinya.
Pak Parno mengambil air wudhu dari sumur di samping mushollah. Air wudhu yang membasuh tangannya menguatkan pegangannya terhadap badai yang menimpa hidupnya, air wudhu yang menyentuh wajahnya menenangkan jiwanya yang mulai lemah dengan cobaan hidup, air wudhu yang menyentuh jari-jari kakinya membuatnya semakin pasrah melangkah. Pak Parno hanya berharap agar Tuhan yang setiap lima waktu sehari disembahnya bisa memberikan jawaban atas setiap doanya.
Pak Parno dengan baju yang tampak lusuh memasuki parkiran rumah sakit yang terletak di Jakarta Pusat dengan motor butut keluaran tahun 70an. Raut wajahnya melukiskan kesedihan yang sangat, dia membawa sebungkus nasi yang dibelinya dekat warung depan rumah sakit. Tak ada seorang pun yang memandang dirinya, lelaki tua itu berjalan menyusuri lorong rumah sakit dan naik lift untuk mencapai kamar isterinya yang terletak di kelas 3. Isterinya terbaring lemah dia atas dipan yang terbuat dari besi yang sudah tampak kumuh. Kamar itu berisi 6 orang pasien, masing-masing meja telah dipenuhi buah-buahan yang terlihat segar. Hanya meja Pak Parno itu saja yang hanya ada sebuah termos tua dan sepotong roti sisa kemarin, dengan disambut senyuman dan kecupan pada tangannya membuat sedikit penawar bagi hatinya yang gundah-gulana.
“ Baru datang, pak! “ ucap wanita tua itu dengan lemah
“ Iya, Bu! Tadi bapak mampir dulu ke Poncol jual TV hitam putih kita “ ucap Pak Parno itu sambil membuka nasi bungkus
“ Laku berapa Pak! “
“ Hanya 125 ribu aja Bu, katanya TV hitam putih udah nggak ada harganya “
“ ….” wanita tua itu hanya terdiam mendengar suaminya
“ Kita dapat pinjaman dari Bu Broto sebesar 1juta, sumbangan dari warga 750 ribu Bu ! “
“ Pak sebaiknya saya pulang ! Saya lebih baik menunggu ajal daripada menunggu ketidakpastian dirumah sakit “
“ Jangan khawatir Bu, pokoknya bapak akan usahakan uang operasi ibu dengan segera “
“ Bagaimana nanti untuk urusan yang lain ?” “ Untuk biaya semua rumah sakit kita bisa minta keringanan dari Rt/Rw kelurahan Bu ! “
“ …” wanita itu hanya terdiam Pak Parno membuka bungkusan nasi
“ Udah makan dulu Bu! Katanya ibu bosan dengan makanan rumah sakit makanya bapak bawain nasi pake telor dadar kesukaan ibu “ ucapnya sambil menyuapi isterinya
“ Bapak udah makan belum! Makan bareng aja Pak"
“ Iya, tapi biar ibu dulu yang kenyang “
Setelah beberapa suapan, lelaki tua itu memberikan minum kepada isterinya
“ Pak, ibu udah kenyang “
“ Tidur yah Bu ! Biar bapak nanti yang jaga ibu “ “….” Wanita itu tertidur dengan memegang tasbih ditanganya
Pak Parno meneruskan sisa makanan isterinya, dengan memandang isterinya dengan penuh harap dia menikmati nasi bungkus .
Di keheningan malam rumah sakit, sayup-sayup terdengar suara wanita membaca Al-Qur’an dengan fasih. Mata wanita tua itu tampak sembab, dengan mukenah yang terdapat banyak jahitan dia mulai menengadahkan tangannya. Tuhan tidaklah sama seperti manusia yang hanya memandang dari pakaiannya saja. Dia tau betul Tuhan hanya butuh kekhusyukan bukan kemewahan.
Ya Allah, saya bersimpuh dihadapan-Mu bantulah suami saya untuk mendapatkan rejeki yang lebih untuk biaya rumah sakit saya, dan jika saya boleh memilih biarkan hamba-Mu ini meninggal bersama penyakit ini….. Suami saya udah cukup menderita karena mendapat istri seperti saya yang tidak bisa memberikannya anak……saya hanya bisa memberikan penderitaan dengan rasa sakit ini…Ujian-Mu terlalu berat untuk orang miskin seperti kami….. Wanita tua itu meneteskan air mata Biarkan penyakit kanker ini mengakhiri hidup saya tanpa harus menyusahkan suami saya…..
Diperempatan jalan dipangkalan ojek, Motor butut Pak Parno terparkir. Kulitnya yang hitam makin terlihat terbakar dengan panasnya matahari siang itu. Sebagian tukang ojek menghilangkan rasa penat menunggu penumpang dengan bermain catur, hanya Pak Parno yang melihat sekitar berharap ada seorang penumpang. Tidak jauh dari situ, seorang lelaki yang masih terlihat muda berlari dan meneriakan nama Pak Parno
“ Mang Parno ! Mang “ Mang Parno mendekati lelaki muda itu dengan cemas
“ Ada apa To ? “
“ Tadi Pak Rt dapat telpon dari rumah sakit….. katanya istri mamang meninggal dunia “ ucap lelaki itu terbata-bata
Pak Parno meneteskan air mata, dengan mengajak Yanto tetangganya dia pergi ke rumah sakit. Panas matahari yang sedang terik-teriknya, seakan menghapus air mata yang memenuhi kelopaknya.
Dia hanya menatap jauh kedepan, entah apa yang dipikirkan. Apakah biaya penguburan istrinya atau penyesalan karena tidak bisa menyediakan uang operasi dengan segera ?. Sesampainya di rumah sakit, Pak Parno hanya bisa terdiam melihat mayat isterinya yang tersenyum. Sangat jelas keikhlasan terpancar dari tubuh yang terbaring kaku dihadapannya. *** Cerpen by Ra2maniest
dilarang copas tanpa ijin klo mau silahkan share dengan link blog ini terimakasih
Komentar
Posting Komentar