SEPOTONG ROTI KERING


Aku adalah roti kering buatan industri rumahan, bentuk ku memang tidak sebagus roti-roti buatan pabrik besar. Baju yang aku pakai pun tidak sebagus milik roti ternama yang biasa di jual di mini market, tapi soal rasa tidak jauh beda dengan mereka. Untuk urusan expired pun aku terlama diantara roti lain, tapi aku tidak mau terlalu lama hidup dalam penantian.

Aku berada di Toko Laris, toko yang menjual berbagai roti dan kue. Pemilik toko ini berasal dari daerah Sumatera, adiknya adalah orang yang memproduksi aku. Roti jenisku hanya di jual di toko Laris, karena belum banyak pelanggan. Dia baru memproduksi aku sejak 3 hari ini.

Entah karena memang aku pantas dijual atau karena Pak Yakin membantu adiknya makanya ia mau menjual aku. Aku berteman dengan Kue lapis legit Moneta, kamarnya berada di sebelah kamar ku. Aku juga sangat akrab dengan Brownies Sari Rasa, aku juga berhubungan baik dengan Roti isi Mr. Enak. Aku juga bersahabat dengan roti buatan industri kecil yang lebih indah dari aku karena bentuknya yang unik, namanya adalah roti Unyil. Tapi aku sangat benci dengan Roti sobek Sari Pandang, karena dia begitu angkuh. Dengan 3 rasa di dalamnya, dia sangal laku dijual dan menjadi primadona di toko Laris.

Hari ini aku sedih sekali, Brownies Sari Rasa telah pergi . Dia telah dibeli sepasang muda-mudi, mungkin mereka akan memakannya di kamar hotel setelah mereka memadu kasih karena aku melihat kunci kamar hotel di saku belakang pemuda tegap yang membawa Sari Rasa. Tidak berapa lama kedua orang berseragam coklat datang ke toko Laris, Pak Yakin tersenyum ramah ke mereka.

“ Siang Pak ! “
“ Roti sobek Sari Pandangnya, Satu “
“ Sebentar Pak ! “

Pak Yakin mengambilkan Roti Sobek Sari Pandang, Roti Sobek tersenyum bangga kepadaku. Pak Yakin memberikannya ke kedua orang berseragam coklat, mereka mengeluarkan dompet dari sakunya, tapi Pak Yakin memberikan isyarat agar mereka memasukan kembali uang di dompetnya. Pak Yakin tau kalau sebenarnya mereka hanya basa-basi untuk membayar, karena setiap hari mereka selalu datang hanya untuk meminta roti ataupun sekedar meminta uang bensin. Alasan mereka satu, untuk aman katanya.

Senyuman bangga Roti Sobek membuat aku kesal, karena sudah 4 hari ini aku tetap berada disini. Teman-temanku yang lain datang silih berganti, setiap hari pasti ada saja roti baru. Setengah jam kemudian, seorang suami membawa istrinya yang sedang hamil muda datang. Dia mondar-mandir melihat etalase yang memajang kami, sesekali dia melihat ke Roti Mr. Enak, sesekali juga dia melihat ke Kue lapis legit Moneta, sesekali lagi dia melihat Roti Unyil. Suaminya hanya menunggu di depan kasir.

“ Ambil aku ! Aku buatan luar negeri loh “ ucap Roti Mr. Enak
“ Ambil aku ! Aku ada di iklan TV loh “ ucap Kue lapis legit Moneta
“ Ambil aku ! Aku kebanggaan salah satu kota loh “ ucap Roti Unyil

Sedangkan Aku enggan berteriak, apalagi dia tidak memandang diriku. Sakit hati memang, kemasanku yang jelek, aku bukan buatan luar negeri, aku tidak ada iklannya di TV, aku juga bukan kebanggaan Jakarta makanya aku nggak dilirik wanita hamil di hadapanku.

Aku malu harus berteriak, apalagi harus berteriak “ Ambil aku ! Aku buatan industri rumahan loh, aku bukan buatan luar negeri loh, aku nggak ada iklannya di TV loh, aku bukan kebanggaan salah satu kota loh, aku …..”.  Aku nggak mau membuat diriku malu didepan teman-teman dengan berteriak, aku yakin suatu saat ada yang membeli aku walaupun tubuhku kini sudah tak wangi lagi.

Wanita hamil akhirnya membeli Roti Mr Enak, entah karena roti itu berasal dari luar negeri atau karena dia sedang ngidam. Tapi yang jelas Mr. Enak memberiku nasehat untuk tetap semangat menjual diri. Terkadang aku berpikir, apa bedanya aku dan pelacur ? Aku harus berusaha mendandani diriku dengan berbagai hal yang menyilaukan dan senyuman agar mereka tertarik membeli aku. Sama seperti yang dilakukan pelacur dijalan dengan kilauan yang ada pada dirinya serta senyuman nakal mereka sering kali menutupi luka hati yang begitu dalam. Luka yang terkadang membuatnya lemah untuk mengarungi kejamnya dunia.

“ Mudah-mudahan aja makan roti ini, Mami bisa keluar negeri yah Pi “
“ Mama ada-ada aja ! “

Roti Unyil, Kue lapis legit Moneta tampak sedih begitu juga aku. Mereka takut nasibnya akan berakhir di gudang Pak Yakin, tong sampah atau di berikan ke anjing liar yang selalu berada di depan toko. Mereka takut mati secara tidak terhormat, dimakan kecoak, dimakan tikus, dimakan semut, dan yang lebih parah di bawa-bawa lari oleh anjing liar kesana kemari tanpa dihabiskan.

Keesokan harinya Pak Yakin menaruh lagi Roti sobek Sari Pandang karena stok di etalase habis. Seperti Roti sobek sebelumnya, Roti sobek yang satu inipun sama angkuh dari yang sebelumnya. Semua roti di toko Laris terlihat murung karena mereka yakin kalau hari ini Roti sobek akan habis terjual seperti biasanya dan kesempatan mereka untuk laku akan sulit.

“ Makanan yang laku itu yang memiliki pesona tersendiri, seperti gue. Tubuh gue seksi, rasa gue banyak, kemasan gue bagus, promosi gue bagus. Pokoknya kenikmatan tiada tara ada di gue “ ucap Roti Sobek Angkuh seperti ucapan seorang pelacur top di komplek pelacuran

Seorang cowok berwajah blasteran tergesa-gesa masuk ke toko Laris. Salah satu pengunjung tersenyum kepadanya, dia berteriak histeris, dia juga meminta tanda tangan dan foto bersama di handphonenya. Aku sadar kalau ternyata dia adalah artis muda yang sangat terkenal terbukti dari begitu histerisnya cewek ABG melihatnya.

Wanita ABG itu membeli Roti Sobek, seperti biasa dengan senyum penuh kemenangan dia meledek penghuni etalase. Ingin sekali Aku melempari dirinya dengan sesuatu seperti yang manusia lakukan jika tidak suka dengan orang lain. Atau yang lebih parah bergulat dihadapan pembeli, jika menang maka aku berhak di bawa pulang seperti yang dilakukan para pemuda jika berkelahi memperebutkan seorang gadis.

Artis muda tanpa basa-basi, dia membeli Kue lapis legit Moneta. Pak Yakin tersenyum melihatnya, TV yang berada di sudut ruangan menayangkan iklan Kue lapis legit Moneta. Ternyata artis muda itulah yang membintangi iklan tersebut.

“ Ternyata anda memang suka kue ini, bukan hanya iklan saja “ ucap Pak Yakin yakin
“ Kalau saya tidak suka kuenya nanti saya nggak dibayar lagi “ canda artis muda itu

Dia keluar dari toko Laris, aku merasa iri dengan Kue lapis legit Moneta. Dia laku karena Si Artis takut nggak dibayar atau takut nggak membintangi iklannya lagi. Andai saja aku seperti Moneta, seperti Mr Enak yang dibeli karena ngidam keluar negeri, atau seperti Brownies Sari Rasa yang disukai muda-mudi karena rasanya yang seperti cinta kadang manis dan terkadang juga pahit untuk dikenang, atau seperti Roti sobek yang memiliki kesempurnaan dalam fisiknya.

Kini hanya aku dan Roti Unyil yang masih ada di etalase, kami berdua berharap segera ada yang memakan kami. Apalagi Aku melihat tubuhku yang sudah ada tanda-tanda ketuaan dan bau ku sudah tidak wangi lagi, kalau tidak segera dilahap aku pasti akan mati tidak terhormat. Aku rela di beli siapapun, di beli pejabat yang korup, dibeli pembunuh berdarah dingin, dibeli pelacur, di beli pekerja yang menjual seragamnya atau dibeli preman. Tapi kalau boleh memilih aku merasa lebih terhormat kalau diberikan oleh seorang pengemis.

Aku lebih suka mulut-mulut bau, perut-perut keroncongan yang memakan aku. Daripada harus dimakan pejabat korup yang di kutuk oleh rakyat, daripada dimakan pembunuh berdarah dingin yang kejam, daripada dimakan pelacur yang tidak memiliki kehormatan, daripada dimakan mereka yang tidak menjaga seragamnya, ataupun dimakan preman yang hanya meresahkan orang-orang lemah.

Sebelum jamur membinasakan aku, sebelum wangi tak sedap ini membuat aku terjatuh, sebelum detik-detik tanggal kadaluarsa ku berakhir. Aku ingin dimakan oleh orang yang benar-benar membutuhkan aku.

Pagi yang cerah, mentari pagi memberikan Aku kekuatan untuk menghadapi hari ini. Menghadapi yang terburuk dalam perjalanan hidupku yang singkat ini, menghadapi mati tidak terhormat yang terus membayangi aku.

Beberapa jam kemudian, 3 orang Ibu-ibu datang. Roti Unyil tersenyum kepadaku, dia mengucap syukur karena Ibu-ibu tersebut akan membelinya untuk suguhan arisan. Ibu-Ibu itu tertawa renyah, terlihat bahagia keluar dari toko Laris bersama Roti Unyil meninggalkan aku dalam sedih. Aku lihat kanan-kiri, atas-bawah, depan-belakang tapi tak ada satu rotipun yang aku kenal. Semua penghuni baru, hanya saja mereka berasal dari pabrik yang sama. Ada Roti isi Mr. Enak dengan rasa baru, ada Brownies Sari Rasa dengan hiasan baru, ada Kue lapis legit Moneta dengan kemasan baru dan juga ada Roti sobek Sari Pandang dengan 3 rasa baru serta makin menarik dengan hadiah gantungan handphonenya.

Aku menangis dalam keramaian etalase, aku terjaga dalam kesunyian hati ku, aku pun merasa terasing dari tempat yang telah 9 hari aku tempati. Pak Yakin menghampiri Aku, dia membawa Aku tepat di sebelah mesin kasir. Dia berharap agar aku bisa terjual karena bisa langsung dipandang pembeli.

5 menit aku berada di tempat baru, ada seorang wanita muda memegang aku. Dia memain-mainkan tubuhku, aku tersenyum melihatnya berharap agar segera dia membeliku. 10 detik Aku dalam genggamannya, dia pun melemparku lagi kedalam wadah tempat ku. Tidak berapa lama ada seorang Ibu membawa anaknya yang berumur 3 tahun dalam gendongannya, balita itu mengambil Aku. Sementara Ibunya menunggu Pak Yakin melayani orang, balita itu terus-terusan menjilati kemasan ku. Air liurnya yang basah membasahi hatiku yang mulai tidak memiliki harapan, seketika harapanku kembali karena Ibu itu melihatku walaupun hanya sekilas. Tapi sayang nasib memang tidak berpihak padaku, balita itu menjatuhkan aku dan hampir saja aku terinjak oleh ibunya.

“ Aduh maaf yah ! Hampir saja “
“ Tidak apa-apa Bu “

Pak Yakin mengambilku dari lantai, Roti sobek Sari Pandang mencibir Aku. Dia tersenyum meledek aku yang terbuang, penghuni etalase memandang iba nasib ku. Mr. Enak memberi semangat padaku “ Maju terus, Roti Asyik “ ucapnya padaku, mendengar nama ku diteriaki aku bukannya semangat tapi makin terpuruk karena nasib ku tidak seasyik namaku.

Pak Yakin menulis di wadahku “ GRATIS “, aku sangat sedih sekali apa hanya dengan cara ini aku bisa segera dimakan. Pak Yakin menawarkan ke pembelinya untuk mengambil ku, tapi tak satupun yang dengan ikhlas membawaku.

Mereka hanya bilang, “ Barang gratisan mana ada yang enak “, “ Gratis kalau bikin sakit perut, lebih baik nggak Pak “, “ Kalau beli satu dapat satu saya mau Pak, kalau dapat roti buluk ini saya nggak mau Pak “.

Hatiku pecah berkeping-keping, lukaku seakan di sirami air garam mendengar cemoohan manusia-manusia tak bertanggung jawab. Sakit sekali rasanya, aku lebih baik tak pernah dilahirkan kalau harus mengalami penderitaan seperti ini, aku lebih baik bermerek Roti Sedih dari pada Roti Asyik yang tidak mencerminkan nasibku. Aku sangat heran manusia yang derajatnya lebih tinggi dariku tapi sikapnya tidak setinggi tubuhku.

Pak Yakin mulai lelah menjual diriku, dia meletakan aku di atas meja di belakangnya. Dia melihat-lihat keluar toko, aku sangat takut kalau dia menunggu anjing liar yang rabies untuk memberikan aku. Aku takut dia membawaku ke gudang dimana, para kecoak, para tikus, para semut menunggu ku untuk menjamah dan mengoyak-ngoyak tubuhku yang kini mulai kurus.

Aku menangis sejadi-jadinya, aku berteriak memohon kepada Tuhan untuk segera mengirim seseorang untuk memakanku, aku mencoba mengikhlaskan serta mensyukuri nasib jelek yang mungkin sebentar lagi akan datang . Aku terus-terusan berpikir tentang anjing liar yang rabies, aku terus-terusan berpikir tentang gudang yang gelap.

Senja mulai menampakan keindahannya, aku menatap senja yang akan segera hilang. Aku hanya ingin merasakan sebentar kebahagiaan dengan melihat matahari terbenam. Seorang Ibu yang tua bersama anaknya berdiri di toko Laris, mereka melihat roti dan kue yang terpajang di etalase dengan air liur yang tertahan. Pak Yakin tidak melihat mereka, aku berteriak sekeras-kerasnya agar Pak Yakin memberikan aku kepada mereka.

“ Pak Yakin, Pak Yakin, Pak !!! ” teriakku keras
“…” Pak Yakin sibuk merapikan letak Roti Sobek Sari Pandang
“ Berikan aku pada Ibu tua itu Pak ! “ ucap ku sambil menangis

Ibu tua dan anaknya berlalu dari toko Laris dengan menelan kepahitan, masih terdengar di telingaku teriakan perut-perut yang keroncongan, masih terdengar di telingaku teriakan penghuni lain pada perut mereka, masih terdengar di telingaku tangisan dalam perutnya karena sudah beberapa hari tidak makan . Aku mulai ikhlas dengan apa yang menimpaku, aku sekarang mulai merasa harus bersyukur karena sampai saat ini aku masih berada di ruang ber-AC yang sejuk walaupun embunnya akan mempercepat proses jamuran aku.

Aku mendengar suara Pak Soleh menanyakan aku, dia adalah orang yang memproduksi aku. Dia adalah Tuhanku walaupun aku sadar ada Tuhan yang lebih Tuhan darinya, yaitu orang yang menciptakan Pak Soleh.

Aku mulai membuka mataku, sedikit kabur pandanganku menangkap sosok Ibu Tua dan anaknya telah bersama Pak Soleh. Aku meloncat kegirangan, aku tersenyum seperti orang gila, aku berteriak histeris karena aku yakin Pak Soleh akan memberikan aku pada Ibu tua itu.

Pak Soleh mengambilku, dia langsung memberikan kepada Ibu tua dan anaknya. Mereka memakanku dengan lahap tanpa lupa membaca doa sebagai rasa syukurnya kepada Tuhan. Pak Soleh memberi mereka minum susu hangat, kehangatan susu itu aku rasakan membelai tubuhku. Aku yakin Ibu tua itu juga merasakan hal yang sama seperti aku rasakan, aku bersyukur akhirnya aku bisa dimakan oleh orang yang benar-benar membutuhkan aku.

Mereka melumatku sampai habis, aku tidak tahu bagaimana nasib teman-temanku yang dimakan oleh orang yang tidak kelaparan seperti mereka. Apa mereka dimakan habis atau sekedar selingan untuk menunda perut lapar. Dan akhirnya merekapun harus berakhir di tong sampah, dan di makan para tikus, para kecoak dan semut.


***

Cerpen by Ra2maniest

dilarang copas tanpa ijin klo mau silahkan share dengan link blog ini terimakasih

Komentar

  1. koment yah reader biar saya semakin semangat lagi ngeblog nya :D

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makanan Penyebab Impoten: Pentingnya Konsumsi Buah dan Sayur untuk Menjaga Kesehatan Seksual

Membangun keintiman non-seksual saat menghadapi disfungsi ereksi

Sellon Aplikasi Jual Beli Barang bekas jaman now